---

---

"Mematuhi dan menyelesaikan perintah yang diberikan, tidak ada yang lebih penting dari hal itu," ucap Xhero tidak tertarik sambil menyarungkan pedangnya sebelum menghela napas, "Devosi dan loyalitas adalah hal yang terpenting dalam hidup. Tidak kurang dan tidak lebih."

Dengan perlahan, Xhero berjalan mundur dan menyenderkan punggungnya ke tembok, mengalihkan pandangannya ke arah lain. Pandangannya dingin, sayu, seolah-olah ada suatu hal yang membebani pikirannya tetapi tidak ada yang berani menyelaminya.

"Awalnya aku tidak memiliki alasan apapun untuk hidup, tetapi mereka memberikanku alasan itu jadi aku rasa tidak ada salahnya kalau..." lanjut Xhero dengan suara yang hampir tidak terdengar, sebelum tiba-tiba menghela napas dan berjalan pergi, "Lupakan yang barusan."

"...... kau tidak mendengar apapun."

---

---

"Aku ingin mengetahui semuanya."

Vaein mengatakan hal itu sembari membersihkan kamera yang ada di kedua tangannya, seluruh perhatiannya terfokus kepada kamera itu seolah-olah kamera itu akan hilang begitu ia mengalihkan pandangannya.

"Manusia adalah makhluk yang selalu ingin tahu, bukan?" lanjut Vaein, sekarang perhatiannya berpindah ke kotak yang berisi berbagai macam lensa kamera yang berada disebelahnya, "Ingin mengetahui tentang segala sesuatu adalah hal yang terlalu normal bagi manusia."

"Ruang dan waktu, kehidupan... untuk mengetahui semuanya bahkan apa yang mungkin seharusnya tidak diketahui. Pengetahuan selalu dalam jumlahnya yang tidak terbatas sehingga sampai kapanpun kita mencari tahu tentang sesuatu, pengetahuan mengenai hal itu tidak akan pernah habis."

Sebuah senyum yang manis dapat terlihat menghiasi bibirnya setelah ia membereskan dan membersihkan lensa-lensa yang ada di dalam kotak di hadapannya. Dalam kegembiraannya, Vaein tertawa.

"Sekalipun pada akhirnya manusia akan selalu menjadi yang terbatas, selama aku bisa selalu memenuhi keingintahuanku, aku rasa itu sudah lebih dari cukup."

---

---

"Hmm... aku tidak begitu mengerti bagaimana harus menjawab hal seperti itu."

Jester menggaruk pipinya dengan satu jari, merasa sedikit kewalahan dengan pertanyaan yang ia tidak begitu tahu bagaimana harus menjawabnya. Setelah beberapa saat terdiam, Jester mengalihkan pandangannya ke atas -- ke arah langit yang luas.

"Untuk bisa hidup dan terus ada adalah hal yang normal dan pasti dilakukan oleh semua makhluk hidup," lanjut Jester, tersenyum sekilas, "Jadi aku alasan untuk eksis adalah untuk melakukan yang terbaik selama hidup yang terbatas ini."

"Ada berbagai macam hal yang bisa kita lihat, kita dengar, kita ketahui, dan kita rasakan selama hidup," Jester kembali melanjutkan dengan tawa kecil, "Aku rasa itu sudah lebih dari cukup alasan untuk bisa eksis dan menikmati hidup."

---

---

"Aku memiliki janji yang harus aku penuhi," ucap Xaviera dengan tawa kecil, senyum kecil dapat terlihat menghiasi bibirnya sementara matanya penuh dengan kilat kegembiraan, "Pertanyaan yang sangat menarik, aku tidak menyangka akan mendengarnya hari-hari ini."

"Aku berjanji pada diriku sendiri untuk membalas atas apa yang sudah terjadi atas keluargaku... klan yang membesarkanku," lanjut Xaviera, kali ini senyumnya dingin seraya ia mengalihkan pandangannya ke arah lain; pandangannya jauh, seolah-olah sedang mengingat hal yang menyedihkan tetapi tidak bisa dilupakan, "Aku tidak akan pernah berhenti sampai menemukan mereka yang telah mengkhianati keluargaku."

Xaviera Eleanor terdiam untuk sesaat, tetapi kemudian tawa kecil terlepas dari antara kedua bibirnya.

"Aku juga sudah berjanji dengan anak itu untuk kembali bertemu di masa depan dan tentu saja ada hal yang sangat mahal yang harus aku bayar untuk bisa memenuhi janji itu," ucap Xaviera setelah beberapa saat terdiam, dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya, "Saat ini aku hanya bisa berharap bahwa anak itu juga masih mengingat janji yang kami berdua buat saat pertama kali bertemu."

---

---

Schrodinger Erviella's "Raison d'être"

None

"Aku rasa.... aku tidak memiliki sesuatu yang mewah seperti itu," ucap Schrodinger dengan tawa kecil, raut wajahnya sayu seolah-olah menyesali sesuatu, "Aku ada saat ini hanya karena Umbra cukup berbaik hati untuk mengambil alih kanvas milikku saat Vaein kehilangan ingatannya."

Terdiam untuk sesaat, Schrodinger kemudian menghela napas, "Saat ini alasanku untuk tetap eksis hanya untuk mereka bertiga... untuk Vaein, untuk Trixy, dan untuk Umbra. Karena mereka bertiga aku bisa ada sampai saat ini."

Schrodinger kembali terdiam, pandangannya masih sayu.

"Tetapi aku rasa tidak ada salahnya tidak memiliki alasan untuk eksis. Dunia yang kita tinggali saat ini memiliki agendanya tersendiri," lanjut Schrodinger, " Apapun bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk bisa eksis, karena itu tidak aneh orang yang sama sekali dan tidak lagi memiliki alasan untuk eksis, bisa eksis di dunia ini."

"Pada akhirnya, semua kembali ke individu kita tersendiri. Seseorang yang penting, suatu keinginan yang harus dipenuhi, hal-hal yang menarik perhatian, cita-cita yang ingin diraih," lanjutnya dengan tawa kecil, "Bahkan hal seperti 'ingin mengetahui alasan untuk eksis', selama kau mempercayainya dan ingin meraihnya, hal itu juga bisa menjadi alasan untuk eksis bagi diri tersendiri."

---

---

---